Jumat, 14 Desember 2012

Masjid Jami’ Al-Baitul Amin

 
 
 
 
 
 
i
 
Rate This
Quantcast

Apa yang ada dalam pikiran anda saat melihat atau memasuki Masjid yang ada di tengah kota Jember ini..??
Masjid yang menjadi kebanggan masyarakat Jember juga kebanggaan bangsa Indonesia karena keistimewaannya ternyata begitu dekat dengan saya dan anda bukan?! Setiap hari mungkin anda melihat dan melewati Masjid ini saat melakukan aktifitas sehari-hari. Keberadaannya di pusat kota membuat siapa saja dengan mudah mengagumi kemegahan dan keunikannya.
Masjid Jami’ Al-Baitul Amin mempunyai 7 buah kubah yang terlihat seperti saling bertumpuk. Itu juga yang membuatnya terkenal dengan sebutan Masjid 7 kubah sebagai simbol kemapanan umat muslim. Bentuk kubah yang mirip seperti gedung MPR-RI memang menjadi keunikkan tersendiri tapi ternyata tidak hanya itu, karena Masjid Jami’ Al Baitul Amin juga menyimpan sejumlah makna simbolis pada tiang-tiangnya. Tiang yang seluruhnya berjumlah 17 berdiri di dalam kubah utama. Jumlah 17 melambangkan jumlah rakaat sholat lima waktu yang di jalankan umat muslim.

Saya pernah beberapa kali membaca tulisan mengenai Masjid Jami Al-Baitul Amin di beberapa majalah. Sempet kaget juga karena kabarnya Masjid ini hasil rancangan dari seseorang lulusan arsitektur California, Amerika dan peninggalan Belanda. Memang sih Masjid ini bukan satu-satunya Masjid peninggalan Belanda di Indonesia. Tapi saya senang dan bersyukur karena masjid Jami Al-Baitul Amin cukup dekat di mata dekat di hati.
Kemegahan dan keindahan Masjid Jami sekarang makin bertambah karena di bangun halaman parkir baru lengkap dengan pohon palem (palem apa sawit yah.?) yang tertata rapi. Awalnya banyak pro dan kontra timbul mengomentari pembangunan lahan parkir dan penanaman pohon-pohon itu. Karena harus bongkar jalur hijau dan merelakan monumen Adipura dipindah. Tapi sekarang tempat parkir dan pohon palem itu jadi tempat favorit loh, salah satunya ya…buat foto-foto :)
Saya pribadi punya kenangan dengan Masjid Jami. Tepat dua tahun lalu akad nikah saya dilaksanakan di Masjid ini. Betul…Masjid Jami juga bisa dan sering dijadikan tempat untuk melaksanakan akad nikah. Kalau anda juga ingin melangsungkan prosesi ijab kabul di Masjid ini juga bisa kok. Datang saja ke pengurus Masjid Jami yang kantornya jadi satu dengan bangunan Masjid Jami lama.
Masjid Jami selalu dipenuhi umat muslim Jember yang ingin melaksanakan ibadah. Kalau dilihat sekilas Masjid ini tidak begitu ramai, itu memang karena ruangan yang ada begitu banyak dan luas. Saat bulan ramadhan tiba Masjid Jami biasanya dibuka non stop. Banyak warga Jember yang begitu antusias teraweh dan i’tikaf di Masjid Jami, selain itu Masjid Jami mempunyai panitia yang bertugas menerima Zakat Fitrah juga Zakat Maal yang bertugas siang harinya. Kalau anda kebetulan pulang kampung atau memang ingin melewati bulan puasa dan hari raya di Jember, sholat, taraweh, i’tikaf, atau sholat ied, kenapa tidak di Masjid Jami..??
Salam.
Eja
Sumber foto: flickr.com/photos/ikhlasulamal

asal usul watu ulo

Mitos Asal-Usul Pantai “Watu Ulo” Jember-Jawa Timur


i
7 Votes
Quantcast

Masyarakat Jember menceritakan bahwa nama pantai Watu Ulo bermula dari kisah berikut. Pada zaman dahulu Ajisaka (baca: Ajisoko) datang ke tanh Jawa. Di Jawa, negeri Medang Kamula, ia mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan kesaktian kepada masyarakat. Saat mengajari murid-muridnya, ilmunya didengar ayam yang sedang mencari makan di bawah pondok perguruannya. Seharusnya, siapapun tidak boleh mendengar ajaran Ajisaka, selain murid yag sudah diijinkan. Karena mendengar matra-mantra yang diajarkan kepada muridya, seekor ayam itu mendadak bertelur yang amat besar, tidak seperti biasanya.
Saat telur itu dierami dan menetas, ternyata yang keluar dari cangkang telur bukan anak ayam, tetapi anak naga raksasa, yang mampu berbicara seperti manusia. Anak naga itu bicara terus, dan menanyakan siapa ayahnya. Oleh masyarakat setempat naga itu diberi tahu kalau ingin tahu siapa ayahnya, disuruh tanya ke rang sakti bernama Ajisaka. Lalu, anak naga itu mendatangi Ajisaka dan bertanya siapa ayahnya. Ajisaka tidak terkejut, lalu diberi tahulah anak naga itu bahwa sebenarnya anak naga itu memang anaknya yang tercipta dari telur ayam lewat mantra-mantra. Walaupun mengakui naga itu sebagai anaknya, Ajisaka tidak mengijinkan naga itu ikut dengannya. Ajisaka menyuruh anak naga itu bertapa di pantai laut selatan. Kemudian anak naga itu bertapa di pantai selatan.
Saat bertapa, naga itu sesekali bangun dari meditasi untuk makan binatang apa saja di sekitarnya. Ratusan tahun ia bertapa, badannya tambah besar. Badannya di Jember, kepalanya sampai Banyuwangi, dan ekornya memanjang sampai Jawa Tengah. Karena tubuhnya membesar akibatnya makanan di sekitarnya tidak cukup, maka sesekali naga itu mencari makan di tengah laut selatan.
Karena lamanya bertapa sampai badannya ditumbuhi lumut seperti kayu. Suatu hari, penduduk di sekitar pertapaan naga kehabisan kayu bakar. Penduduk menemukan kayu besar dan memanjang maka dipotonglah kayu itu. Saat dipotong kayu itu mengeluarkan getah seperti darah, sehingga semua penduduk terheran-heran tetapi penduduk tetap saja mengambilnya sebagai kayu bakar.
Sampai sekarang naga yang telah besar itu masih bertapa di pantai laut selatan, tetapi tubuhnya tidak lengkap lagi karena dipotong penduduk untuk kayu bakar, tinggal kepalanya ada di Banyuwangi, badannya di pantai selatan Jember, dan ekornya di Jawa Tengah. Bagian-bagian tubuh itu mengeras seperti batu, dan sampai sekarang masih bisa ditemukan batu-batu seperti sisik kulit ular di pantai selatan Jember. Oleh penduduk, pantai itu disebut pantai “Watu Ulo” (Batu Ular) karena batu-batunya tersusun seperti sisk kulit ular. Konon pada saatnya naga itu akan berubah menjadi manusia yang sakti dan akan menjadi pemipin dan penguasa di tanah Jawa atau Indonesia. (Dikumpulkan dan diceritakan ulang dari cerita masyarakat Jember dan sekitarnya)
Disadur sepenuhnya dari buku Mitos dalam Tradisi Lisan Indonesia Karya Dr. Sukatman, M.Pd. halaman 35-36. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai mitos-mitos yang berkembang di masyarakat Indonesia bisa membaca buku tersebut secara langsung. Untuk membeli buku tersebut dan buku lain karya Dr. Sukatman bisa menghubungi saudara Jatmiko +6285235655136

universitas jember



Universitas Jember


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Universitas Jember
UNEJ

Logo Universitas Jember
Motto A Step Ahead to an Outstanding University
Didirikan 10 November 1957
Jenis Perguruan tinggi negeri
Rektor Moh. Hasan, M.Sc., Ph.D.
Lokasi Jember, Jawa Timur, Indonesia
Situs web www.unej.ac.id
Universitas Jember (UNEJ), adalah sebuah perguruan tinggi negeri yang terletak di kota Jember, sebuah kota berhawa tropis di bagian tenggara Propinsi Jawa Timur. Kampus UNEJ berada di kawasan hijau yang ramah lingkungan sehingga memberikan ketenangan dalam melaksanakan kegiatan akademik. Kota Jember sendiri berada di antara Kawah Ijen dan Gunung Bromo serta dikelilingi perkebunan yang sebagian besar ditanami tembakau, kopi, coklat dan tebu.
Terdapat dua mayoritas penduduk yang tinggal di Jember, yaitu komunitas Jawa dan Madura yang masing-masing mempunyai keunikan budaya. Dua karakteristik etnik dan budaya yang dipadu dengan kawasan perkebunan tersebut membentuk kombinasi yang indah dari sisi pemandangan alam dan warisan budaya. Di tempat inilah UNEJ terus maju dan berkembang.

Daftar isi

 [sembunyikan

[sunting] Sejarah

Cikal bakal Universitas Jember berasal dari gagasan dr. R. Achmad bersama-sama dengan R. Th. Soengedi dan R. M. Soerachman yang bercita-cita mendirikan perguruan tinggi di Jember. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut pada tanggal 1 April 1957, ketiganya membentuk panitia yang diberi nama Panitia Triumviraat dengan komposisi Ketua dr. R. Achmad; Penulis R. Th. Soengedi, dan Bendahara R. M. Soerachman.
Selanjutnya Panitia Triumviraat ini pada tanggal 5 Oktober 1957 membentuk yayasan dengan nama Yayasan Universitas Tawang Alun (disahkan dengan Akta Notaris tanggal 8 Maret 1958 Nomor 13 di Jember). Yayasan Universitas Tawang Alun inilah yang kemudian mendirikan universitas swasta di Jember dengan nama Universitas Tawang Alun yang kemudian disingkat UNITA. Dalam perjalanannya, ketiga tokoh tersebut mendapatkan dukungan penuh Bupati Jember saat itu, R. Soedjarwo.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri PTIP No. 151 Tahun 1964 tanggal 9 Nopember 1964, tentang didirikannya Universitas Negeri di Jember. Usaha tanpa kenal lelah sejak tahun 1957 itu akhirnya berhasil menjadi kenyataan, Universitas Negeri Djember berdiri !
Pada awal berdirinya pada tahun 1964, Universitas Negeri Djember yang disingkat UNED, memiliki lima fakultas, terdiri dari Fakultas Hukum di Jember, dengan cabangnya di Banyuwangi, Fakultas Sosial dan Politik dan Fakultas Pertanian di Jember, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Sastra di Banyuwangi. Dengan rektor pertama dijabat oleh dr. R. Achmad.
Kepemimpinan dr. R. Achmad dilanjutkan oleh Letkol Soedi Harjohoedojo (1967-1969), Letkol Soetardjo, SH (1969-1978) dan Kolonel Drs. H.R. Warsito (1978-1986). Baru semenjak tahun 1986, rektor Universitas Jember dijabat oleh sivitas akademika-nya sendiri, yakni oleh Prof. Dr. Simanhadi Widyaprakosa (1986-1995), Prof. Dr. Kabul Santoso, M.S. (1995-2003), Dr. Ir. T. Sutikto, M.Sc. (2003-2012), dan Moch. Hasan, M. Sc., Ph.D (2012 - sampai kini).

[sunting] Tugas Pokok

Universitas Jember mempunyai tugas pokok yaitu menyelenggarakan pendidikan tinggi dan memberikan pendidikan berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia dengan cara ilmiah yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan nasional.

[sunting] Motto

Dalam rangka memberikan arah dalam meningkatkan kualitas masukan, proses, dan keluaran secara berkelanjutan, UNEJ telah merumuskan kebijakan mutu akademik. Intisari dari kebijakan mutu akademik tersebut adalah UNEJ akan selalu mengutamakan kualitas (quality first).

[sunting] Fungsi

  • Melaksanakan dan mengembangkan pendidikan;
  • Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan IPTEKS;
  • Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat;
  • Melaksanakan pembinaan sivitas akademika dan hubungannya dengan lingkungan;
  • Melaksanakan kegiatan layanan administrasi.

[sunting] Fakultas

Sampai dengan Tahun Akademik 2012/2013, Universitas Jember mempunyai 13 Fakultas dan 2 Program Studi setara Fakultas yang terdiri dari 11 Program Studi jenjang Diploma, 40 Program Studi jenjang S-1, dan 8 Program Studi jenjang S-2, dan 1 Program Studi jenjang S-3 yaitu:
  • Fakultas Sastra
  • Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan [1]
  • Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
  • Fakultas Hukum [2]
  • Fakultas Ekonomi
  • Fakultas Pertanian
  • Fakultas Kedokteran Gigi
  • Fakultas Teknologi Pertanian [3]
  • Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam [4]
  • Fakultas Teknik
  • Fakultas Kedokteran [5]
  • Fakultas Kesehatan Masyarakat
  • Fakultas Farmasi [6]
  • Program Studi Ilmu Keperawatan [7]
  • Program Studi Sistem Informasi [8]
  • Program Pasca Sarjana [9]
Masing-masing Fakultas dan Program Studi setara Fakultas memiliki identitas dan kompetensi lulusan sesuai dengan kebutuhan stakeholders.

[sunting] Lembaga

  • Lembaga Penelitian (LEMLIT)
Lemlit merupakan unsur pelaksana akademik yang melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsi universitas di bidang penelitian yang berada di bawah rektor.
  • Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM)
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat merupakan unsur pelaksana akademik yang melaksanakan tugas pokok di bidang pengabdian kepada masyarakat yang berada di bawah rektor. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan ikut mengusahakan serta mengendalikan sumber daya yang diperlukan.
  • Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan (LP3)
Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan merupakan unsur pelaksana yang mengembangkan, mengkoordinasi, memantau, dan menilai pelaksanaan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh pusat-pusat pendidikan dan ikut mengusahakan serta mengendalikan administrasi sumber daya yang diperlukan.

suar-suir





Meski Jember bukan merupakan penghasil tape singkong, namun di kota yang berjarak 200 kilometer dari Surabaya itu memiliki beragam makanan khas berbahan dasar tape. Sebut saja prol tape (cake tape), brownies tape, pia tape, suwar-suwir dan dodol tape. Tak heran jika kemudian Jember jadi sentra industri kue serba tape.
Di Jember, terdapat banyak pembuat berbagai makanan berbahan tape. Usaha itu merupakan lahan tersendiri bagi masyarakat setempat. Salah satunya adalah Rochim  (71) yang tinggal di Jl. Wachid Hasyim, Jember. Bapak delapan anak ini sudah sejak 1987 menekuni usaha pembuatan suwar-suwir, makanan khas Jember yang mirip dodol dengan rasa asam manis, dengan aroma tape.
“Awalnya, selain untuk menambah penghasilan keluarga karena saya cuma guru SMP, saya juga ingin memberikan pekerjaan tambahan buat ibu-ibu setempat karena wilayah di sini ketika itu termasuk ke dalam lingkungan ekonomi kelas menangah ke bawah,” papar Rochim, produsen suwar-suwir merek Rama.
Ketika itu, lanjut Rochim, ia memproduksi suwar-suwir dalam bentuk lembaran tipis-tipis berwarna putih kekuningan, sewarna dengan warna tape. Karena lembaran tipis-tipis itulah kemudian kue ini disebut suwar-suwir. Rochim yang kini sudah pesiun sebagai guru di sebuah SMP Katolik, kemudian berinovasi.
Bentuk suwar-suwirnya tak lagi berupa lembaran tipis-tipis lagi, melainkan dibentuk kotak memanjang sebesar jari orang dewasa. Tujuannya, agar lebih enak saat dikonsumsi. “Ternyata, bentuk yang baru lebih bisa diterima pembeli sampai sekarang ini,” ucap Rochim.
Rochim
Rochim kini mampu mengembangkan usahanya menjual suwar-suwir khas Jember (Foto: Gandhi Wasono M)
Suwar-suwir Aneka Rasa
Di awal usahanya, Rochim tak langsung mendapat untung besar. Ia benar-benar harus merangkak dari bawah untuk mengembangkan usahanya. Rochim pun tak langsung berani membuat suwar-suwir dalam jumlah banyak. Sekali pembuatan hanya menjadi beberapa kilogram suwar-suwir saja. Setelah dikemas, kemudian ia titipkan ke toko-toko yang menjual aneka oleh-oleh khas Jember.
“Lambat laun usaha saya makin berkembang. Tapi, saat ini produksinya stabil saja, tak bisa terlalu meningkat, mengingat saat ini produsen suwar-suwir makin banyak.” Seiring waktu, sejumlah produsen suwar-suwir termasuk Rochim lalu berinovasi menciptakan suwar-suwir dengan berbagai rasa, seperti cokelat, sirsak, dan lainnya.
Dulu, lanjut Rochim, pembuat suwar-suwir memang memerlukan fisik yang kuat, mengingat proses membuatnya yang makan waktu hingga dua jam. Si pembuatnya tak boleh berhenti mengaduk adonan tape dan gula yang dimasak di atas tungku. “Tapi sekarang, pengaduknya sudah pakai mesin yang dijalankan dengan dinamo dan sumber listrik,” papar Rochim.
Tanpa bermaksud berpromosi, katanya, meski saat ini banyak produsen suwar-suwir, Rochim tak takut bersaing. Sebab, kualitas suwar-suwir buatannya dinilai memiliki cita rasa yang istimewa. “Di manapun juga, suwar-suwir itu bahannya cuma gula dan tape, tapi karena kami punya takaran yang pas, ditunjang tape berkualitas, jadi hasilnya berbeda,” ujar Rochim bangga.
Rochim pun lalu berbagi cara membuat suwar-suwir istimewanya. Tape yang akan dimasak dengan gula, terlebih dulu harus dipilih satu per satu dan dihilangkan seratnya. Tapenya ia dapat dari pemasok di Bondowoso, yang memang merupakan sentra penghasil tape, sekaligus daerah yang memiliki rasa tape yang terkenal istimewa dan belum ada yang menandingi.
Saat ini, dalam sekali pembuatan yang dilakukan dua hari sekali, Rochim membuat suwar-suwir dari 30 kilogram tape dan gula. Jumlah itu, jelasnya, pada proses pembuatannya akan mengalami penyusutan sekitar 30 persen. Setelah jadi adonan, kemudian dicampur esens. Selanjutnya didiamkan untuk mengalami proses fermentasi beberapa saat agar adonan mengeras. Kemudian dipotong-potong, dilapisi plastik dan dikemas. “Sampai sekarang saya masih menitipkan suwar-suwir ke toko-toko penjualan oleh-oleh yang ada di Jember,” kata Rochim seraya mengatakan, suwar-suwirnya dibuat tanpa bahan pengawet dan mampu bertahan hingga setahun lamanya. “Gula, kan, juga berfungsi sebagai bahan pengawet,” imbuh Rochim.
Aneka makanan beraroma tape
Aneka makanan beraroma tape yang lezat, oleh-oleh khas jember (Foto: Gandhi Wasono M)
Lezatnya Prol Tape
Selain suwar-suwir, kue yang juga sangat terkenal sebagai oleh-oleh dari Jember adalah prol tape. Sebenarnya, prol tape ini hampir sama dengan cake tape. Hanya saja, jika membuat cake menggunakan bahan tepung terigu, sementara prol menggunakan tape singkong. Dan belakangan ini, bagian atas prolnya ditaburi parutan keju sehingga memberikan sensasi rasa berbeda. “Prol tape menjadi produk andalan jualan kami sehari-hari,” kata Ny. Amsal Cholis Asyik (73), produsen sekaligus pemilik Toko Primadona, Jl. Trunojoyo, Jember.
Karena kelezatannya, dalam sehari ia bisa menjual sekitar 250 sampai 300 kotak prol tape per hari. Namun, di hari libur ia bisa menjualnya beberapa kali lipat. “Bahkan kalau pas liburan panjang, seharinya saya bisa menjual prol tape sampai 1000 kotak, lho,” kata Ny. Amsal, yang tokonya menjadi jujugan ( rujukan, Red.) tamu yang datang ke Jember ketika akan membeli oleh-oleh.
Soal harga, Ny. Amsal pun tak mematok harga terlalu tinggi. Untuk prol tape ukuran kecil Rp 17 ribu, sedangkan yang besar Rp 21 ribu. “Dibandingkan yang dijual di kota besar seperti Surabaya atau Jakarta, prol tape di sini jauh lebih murah,” ujar Ny. Amsal setengah berpomosi.
Namun, bila ditilik berdasarkan sejarahnya, tak heran bila kemudian prol tape buatan Ny. Amsal digemari banyak orang. Sebab, dirinya sudah merintis usaha ini sudah sejak lama. Semua jenis makanan yang dijual di tokonya merupakan warisan orangtunnya, yang memang sejak dulu menjual prol tape.
Prol tape, papar Ny. Amsal, sejak zaman Belanda memang sudah ada. Bahkan, nenek dan ibunya dulu juga sudah biasa membuatnya, bahkan namanya pun tak berubah hingga kini. “Saya tidak tahu kenapa disebut prol tape. Tapi kalau saya pikir, mungkin karena saat dimakan langsung pecah atau ngeprol  sehingga dinamakan kue prol,” kata Amsal sambil tertawa.
Resep prol tape ini, lanjut Ny. Amsal, sejak dulu sampai sekarang pun tak ada yang berubah. “Saya tetap mempertahankan resep yang saya dapat dari pendahulu saya, kecuali tambahan parutan keju di atasnya, agar terlihat lebih mengikuti zaman,” imbuh Ny. Amsal yang menjadikan bagian belakang rumahnya sebagai tempat produksi.
Kendati demikian, di zaman dulu prol tape belum sepopuler sekarang. Kue prol tape baru dikenal di pasaran sekitar 10 tahun lalu. Ini berbeda sekali dengan suwar-suwir yang memang sejak zaman dulu sudah dikenal banyak orang sebagai salah satu camilan khas Jember.
Namun, Amsal mengakui, rasa kue prol memang lezat. Letak kelezatannya ada pada tapenya, sehingga untuk bahan baku yang satu ini, benar-benar ia jaga sekali mutunya. Tingkat kematangan tape singkong yang akan dijadikan bahan kue prol harus benar-benar terjaga. Jangan sampai terlalu matang atau sebaliknya. “Kalau sampai tidak pas matangnya, hasil kue prolnya juga akan beda rasannya,” jelas ibu setengah baya yang masih tampak bugar di usianya yang senja.
Pegawai
Sejumlah pegawai di "pabrik" brownies tape milik Firdaus dan prol tape milik Ny Amsal (Foto: Gandhi Wasono M)
Brownies, Dodol & Pia Tape
Selain dijadikan suwar-suwir dan prol tape, saat ini tape juga bisa dijadikan makanan dalam bentuk lain, diantaranya adalah brownies dan pia. Untuk brownies, komposisi tepung terigunya memang masih lebih dominan. Akan tetapi, tape dalam adonan ini lebih banyak dijadikan tambahan agar browniesnya memiliki cita rasa berbeda dibandingkan brownies pada umumnya. “Brownies berbahan tepung dan cokelat, kan, sudah biasa. Yang ditambahkan tape, selain rasa cokelat, ada aroma wangi dan asam tapenya,” kata Firdausi Nirwana (54) pemilik usaha brownies tape merek Purnama Jati.
Demikian pula dengan pia, yang berbahan utama tape rasanya masih sangat jarang. Soal rasa, ternyata tak akan kalah dengan pia yang sudah ada selama ini. Untuk pia tape, Firdaus memang baru sekitar dua bulan ini mencoba memprodusksinya, Tetapi, dari hasil penjualannya selama ini, ia yakin kelak memiliki prospek yang bagus, bahkan tak kalah dengan oleh-oleh jenis lain. “Saat ini memang belum terlalu banyak terjual. Tapi saya amati, trennya makin hari minat masyarakat makin meningkat,” imbuh Firdaus.
Firdaus membuka usaha makanan berbasis tape sejak 10 tahun lalu. Awalnya, setelah suaminya penisun dini dari perusahaan gas, ia mencoba usaha lain, yaitu membuak wartel. Namun, ternyata, usaha itu tak banyak memberikan keuntungan. Sejak itu, ia lalu beralih membuat brownies tape yang ia titipkan ke toko-toko oleh-oleh yang ada di Jember. “Di awal merintis usaha, sehari paling laku cuma enam kotak brownies tape,” kenangnya.
Ia tak putus asa dan terus berusaha memperbaiki mutu produknya. Firdaus lalu mencari komposisi yang pas, antara tepung, cokelat, tape dan bahan lainnya. “Alhamdulillah, setelah berulang kali belajar dan mencoba, saya akhirnya bisa menemukan kompsisi kue yang pas seperti sekarang ini,” papar ibu empat anak. Firdaus bahkan sudah memiliki sebuah outlet cukup mewah di rumahnya sendiri.
Kini, dalam sehari paling tidak Firdaus bisa menjual sekitar 200 kotak briownies tape, dan jumlah itu akan bertambah berlipat-lipat setiap hari libur tiba. Selain menjual brownies tape dan pia tape, sebenarnya Firdaus juga membuat varian lain, yaitu suwar-suwir dan dodol tape. Untuk dodol, ia membuat aneka rasa seperti sirsak, durian, dan yang paling laris, dodol rasa nangka.
Bicara soal dodol tape, ia mengkui, proses pembuatannya memang lebih memakan waktu. Sebab, dalam membuat adonan dodol, paling tidak dibutuhkan waktu lima jam lamannya. “Memang cukup menguras tenaga,” tukasnya. seraya menutup pembicaraan.
 Gandhi Wasono M.

tape singkong

Tape singkong merupakan hasil fermentasi singkong dengan menggunakan ragi tape. Tape singkong bisa dimakan begitu saja tanpa campuran apapun atau bisa juga menjadi bahan campuran es, cake, jajan pasar, dll. Singkong yang telah diolah menjadi tape singkong mempunyai kandungan kalori yang sangat tinggi walaupun kandungan zat besinya berubah menjadi 0.

Kadang kita menemukan tape singkong yang masih agak keras, itu disebabkan oleh proses fermentasi yang kurang sempurna. Selain itu, pemilihan jenis bahan baku singkong juga sangat mempengaruhi hasil pembuatan tape singkong. Gunakan singkong jenis mentega supaya tape yang dihasilkan berwarna kuning cantik. Selain itu tape yang dihasilkan juga akan lebih manis.

Berikut ini akan dijelaskan proses cara membuat tape singkong : 
 


TAPE SINGKONG

Bahan:
  • 1,5 kg singkong
  • 1,5 butir ragi tape, haluskan
  • Daun pisang untuk alas

Cara membuat:
  1. Kupas singkong, kemudian cuci bersih dan potong sesuai selera
  2. Kukus singkong sampai matang, kemudian sisihkan dan tunggu sampai dingin
  3. Setelah dingin, tata singkong ke dalam wadah tertutup yang telah di alasi daun pisang
  4. Taburi dengan ragi tape sampai rata
  5. Tutup permukaan wadah dengan daun pisang lalu tutup rapat dengan tutup wadahnya
  6. Simpan di tempat yang hangat dan diamkan selama 2-3 hari.
  7. Tape siap dikonsumsi.