Mitos Asal-Usul Pantai “Watu Ulo” Jember-Jawa Timur
Posted on 22 Februari 2012 by muntijo
Masyarakat
Jember menceritakan bahwa nama pantai Watu Ulo bermula dari kisah
berikut. Pada zaman dahulu Ajisaka (baca: Ajisoko) datang ke tanh Jawa.
Di Jawa, negeri Medang Kamula, ia mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan
kesaktian kepada masyarakat. Saat mengajari murid-muridnya, ilmunya
didengar ayam yang sedang mencari makan di bawah pondok perguruannya.
Seharusnya, siapapun tidak boleh mendengar ajaran Ajisaka, selain murid
yag sudah diijinkan. Karena mendengar matra-mantra yang diajarkan kepada
muridya, seekor ayam itu mendadak bertelur yang amat besar, tidak
seperti biasanya.
Saat telur itu dierami dan menetas, ternyata yang keluar dari
cangkang telur bukan anak ayam, tetapi anak naga raksasa, yang mampu berbicara seperti manusia. Anak naga
itu bicara terus, dan menanyakan siapa ayahnya. Oleh masyarakat setempat
naga itu diberi tahu kalau ingin tahu siapa ayahnya, disuruh tanya ke
rang sakti bernama Ajisaka. Lalu, anak naga itu mendatangi Ajisaka dan
bertanya siapa ayahnya. Ajisaka tidak terkejut, lalu diberi tahulah anak
naga itu bahwa sebenarnya anak naga itu memang anaknya yang tercipta
dari telur ayam lewat mantra-mantra. Walaupun mengakui naga itu sebagai
anaknya, Ajisaka tidak mengijinkan naga itu ikut dengannya. Ajisaka
menyuruh anak naga itu bertapa di pantai laut selatan. Kemudian anak
naga itu bertapa di pantai selatan.
Saat bertapa, naga itu sesekali bangun dari meditasi untuk makan
binatang apa saja di sekitarnya. Ratusan tahun ia bertapa, badannya
tambah besar. Badannya di Jember, kepalanya sampai Banyuwangi, dan
ekornya memanjang sampai Jawa Tengah. Karena tubuhnya membesar akibatnya
makanan di sekitarnya tidak cukup, maka sesekali naga itu mencari makan
di tengah laut selatan.
Karena lamanya bertapa sampai badannya ditumbuhi lumut seperti kayu.
Suatu hari, penduduk di sekitar pertapaan naga kehabisan kayu bakar.
Penduduk menemukan kayu besar dan memanjang maka dipotonglah kayu itu.
Saat dipotong kayu itu mengeluarkan getah seperti darah, sehingga semua
penduduk terheran-heran tetapi penduduk tetap saja mengambilnya sebagai
kayu bakar.
Sampai sekarang naga yang telah besar itu masih bertapa di pantai
laut selatan, tetapi tubuhnya tidak lengkap lagi karena dipotong
penduduk untuk kayu bakar, tinggal kepalanya ada di Banyuwangi, badannya
di pantai selatan Jember, dan ekornya di Jawa Tengah. Bagian-bagian
tubuh itu mengeras seperti batu, dan sampai sekarang masih bisa
ditemukan batu-batu seperti sisik kulit ular di pantai selatan Jember.
Oleh penduduk, pantai itu disebut pantai “Watu Ulo” (Batu Ular) karena
batu-batunya tersusun seperti sisk kulit ular. Konon pada saatnya naga
itu akan berubah menjadi manusia yang sakti dan akan menjadi pemipin dan
penguasa di tanah Jawa atau Indonesia. (Dikumpulkan dan diceritakan
ulang dari cerita masyarakat Jember dan sekitarnya)
Disadur sepenuhnya dari buku Mitos dalam Tradisi Lisan Indonesia Karya
Dr. Sukatman, M.Pd. halaman 35-36. Untuk mengetahui lebih lengkap
mengenai mitos-mitos yang berkembang di masyarakat Indonesia bisa
membaca buku tersebut secara langsung. Untuk membeli buku tersebut dan
buku lain karya Dr. Sukatman bisa menghubungi saudara Jatmiko
+6285235655136
Tidak ada komentar:
Posting Komentar